Archive for December 2012

Berhenti di depan stop line? Ente bukan anak Tarakan!


posted by Redblack Ophie on , , ,

No comments

Teman-teman pembaca, pasti kita tidak asing dengan pemandangan ini?





Foto di atas kuambil saat berhenti di perempatan Raya Darmo - Polisi Istimewa, Surabaya. Selama dua tahun lebih kuliah di kota pahlawan ini, aku sudah biasa melihat orang-orang berhenti di depan garis putih lampu lalu lintas. Awalnya ini cukup asing dan cukup membuatku mengomel dalam hati. Namun lama kelamaan kebiasaan orang kota ini menular padaku. Mungkin karena keadaan yang sangat macet dan tujuan perjalanan yang jauh membuat malas untuk mengantri di belakang. Belum lagi tangan-tangan pengendara yang hobi memainkan klakson --'.


Namun semua berubah ketika aku kembali ke kota kelahiranku, Tarakan. Setiap liburan semester kusempatkan pulang kampung untuk bertemu keluarga dan teman-teman disana. Yah begitulah... Rasanya 'nyesek' setelah apa kebiasaan yang sudah kuserap dari kota perantauan. Di kota kelahiranku tak pernah ada yang berhenti di depan stop line lampu lalu lintas. Damai rasanya kembali menikmati suasana disiplin dan tentu tanpa nada-nada falesnya klakson. Sungguh diri ini malu ketika sadar pernah meninggalkan budaya kota ini yang disiplin.

Kutampilkan foto kotaku yg BAIS (Bersih Aman Indah Sejahtera). Betapa bangganya aku dengan kesadaran masyarakatnya yang disiplin :').


Gambar di atas bukan kebetulan, tapi memang sehari-harinya masyarakat disana tidak pernah berhenti melewati garis putih di lampu merah. Foto ini diambil oleh salah seorang teman sangat dekat denganku, karena aku sedang tidak bisa mengambil foto langsung ke kota kelahiranku itu.  Terima kasih ya abang, telah dengan ikhlas memotretkan momen berharga yang bisa dijadikan pelajaran buat kita semua.

Betapa kumerindukan suasana damai dan tenang disana. Namun aku harus kembali ke kota perantauan sampai kuliahku selesai. Semoga aku tetap bisa membawa budaya kota kelahiranku yang sadar akan kedisiplinan lalu lintas.

Buat teman-teman lain, teman seperjuanganku di Tarakan yang sekarang sedang merantau di kota besar, dan melihat budaya yang menyimpang di kota itu, saya pesan jangan sampai kita pulang ke kota kelahiran kita dengan membawa kebiasaan yang buruk, ambil yang baik-baik saja ya. 

Setelah melihat kejadian ini, apakah ketika semakin besar kota semakin hilang kesadaran masyarakatnya? Tanya kenapa? Tanya ke siapa?