Archive for August 2015

Untuk apa gelar Sarjana-mu?


posted by Redblack Ophie on , , ,

1 comment

"Kok pulang?"
"Disana mau kerja apa?"
"Bukannya disana malah susah ya cari kerja?"
"Sayang S1 nya.."
"Terus buat apa kamu kuliah sarjana kalau ujung2nya jualan?"

Itulah yang ditanyakan teman-temanku akhir-akhir ini. Diriku pun, dulu sempat bertanya demikian.


Tapi sekarang kebalikan.

"Kok gak pulang?"
"Kamu kerja apa koq gak bisa pulang?"
"Disini memang gaji tinggi, tapi biaya hidup juga tinggi. Biaya pulang juga mahal, kan?"
"Bagaimana cara kamu mempersembahkan S1-mu untuk orangtua?"

The best one is the last question! That one came from the deepest of my heart.

Alasan no 1 -ku untuk pulang adalah karena orangtua memintaku untuk pulang. Dan memintaku untuk membantu mengelola usaha orangtuaku.

Yap. Aku adalah satu-satunya anak yang kerja di perusahaan a.k.a karyawan. Sekarang aku kerja di ibukota Indonesia, di Jakarta. Kota yang katanya keras. Ribuan orang mengadu nasib disini. Dan aku seorang PEREMPUAN. Orangtuaku berada di Kalimantan.

Basic keluargaku adalah BERDAGANG. Kakak pertamaku juga sudah punya toko sendiri. Dan hidupku selama ini dibiayai oleh hasil usaha dari orangtuaku ini.

Aku ingin mengajakmu untuk mengambil sisi berbeda tapi memiliki inti yang sama antara bekerja sebagai karyawan, dan memiliki usaha sendiri.

Mengapa di usia tertentu seorang karyawan harus pensiun? Karena memang sudah waktunya untuk regenerasi. Mengapa? Karena produktivitas pasti  berkurang dan perlu lebih banyak istirahat. Pada keadaan demikian, pasti suatu hari beliau ingin memetik buah manis dari hasil kerja di masa mudanya. Siapa buah itu? ANAK. Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang, yang diharapkan bisa merawat dan peduli dengan orangtua yang nanti tidak bisa memberikan penghasilan seperti waktu dulu. Anak haruslah bersiap-siap untuk setidaknya sama atau lebih sukses dari orangtuanya.

Ya, memiliki usaha sendiri bukan berarti tidak memiliki usia pensiun. Pada usia tertentu, orangtua yang bukan karyawan pun, produktivitasnya akan menurun. Pada waktu itulah, anak seharusnya menghargai betapa kerasnya perjuangan orangtua untuk mencapai titik sekarang. Dan ketika orangtuamu memanggilmu pulang? Apa aku harus menolak? Gajiku sekarang sangatlah jauh jika dibandingkan dengan penghasilan orangtuaku. Aku bahkan belum pernah memberi uang pada orangtuaku. Justru orangtua yang tak tega dan masih memberiku sangu. Lantas buat apa aku jauh-jauh bekerja dan tak menghasilkan apa-apa?

Teman-teman, mengertilah~ Bekerja membantu mengembangkan usaha orangtua bukan suatu hal yang percuma. Pikiran orangtuaku akan lebih ringan, raga orangtuaku akan lebih banyak beristirahat, dan batin orangtuaku akan sangat bahagia. Selain itu akupun akan siap sedia di rumah, jadi aku akan selalu tahu bagaimana kondisi kesehatan orangtuaku.

Apa gunanya S1? Apa anak S1 gak boleh dodolan (jualan)? Bahkan waktu aku kuliah pun, sepertinya lulusannya diarahkan menjadi seorang enterpreneur. Apa aku salah nangkap? Berarti sekarang saatnya aku untuk menerapkan ilmu manajemen dan kepemimpinan itu, bukan?

Aku lulusan Sarjana Komputer, and absolutely I can apply my lessons into this sector too, right?

EH LUPA, DI JAKARTA LAGI MARAK KARYAWAN RESIGN UNTUK JADI GO-JEK. BAHKAN MANAGER PUN MEMILIH UNTUK JADI GO-JEK. Mungkin bisa di-googling alasannya kenapa.

Jika aku disini terus, aku hanya bisa pulang 2 kali setahun. Dan waktu bersama orangtua tidak lebih dari 10 hari. Gajiku habis hanya untuk bertahan hidup disini, yang biaya hidupnya tinggi.

Aku ingin menikmati weekend-ku selalu bersama keluargaku. Pengalamanku bekerja setahun disini pasti berarti. Agar aku tahu rasanya bekerja di bawah perusahaan dan kerja penuh tekanan dan pikiran. Dan yang utama adalah ilmu manajemen kerjanya yang lebih modern.

Kalau kata di Jepang, wanita sekolah tinggi bukan untuk berkarier, tapi untuk mendidik anak, itulah karier tertinggi mereka.

And for my lovely parent, just wait a little bit longer for my coming very soon ^^.