Archive for April 2016

Cerita Skripsian Part 1 : Galau Milih Lab Tugas Akhir #latepost


posted by Redblack Ophie

No comments

Januari - Juli 2014 #latepost

Buat saya, bisa menyelesaikan Tugas Akhir alias Skripsi adalah suatu prestasi. Karena sejatinya skripsi bisa selesai karena adanya kemauan. Sekali saja saya malas, skripsi saya bisa-bisa terhenti di tengah jalan. Skripsi pun ada nilainya. Walau hanya 1 mata kuliah, ia menelan sebanyak 6 sks. Dan itu sangat berpengaruh pada hasil akhir IPK saya. Nilai sempurna pada skripsi adalah apresiasi tinggi bagi saya.

Saya senang ketika skripsi itu bukan hal yang harus dikerjakan secara berkelompok. Karena jujur, selama kuliah saya mengalami banyak hal gak enak soal kerja kelompok. Maka dari itu, saya setuju jika skripsi harus dikerjakan sendirian, yang artinya nilai yang didapat pun adil, tanpa ada yang 'nebeng' nilai.

Haha. Sepertinya artikel ini dibuka dengan mood yang jelek ya. Sebenarnya saya cuma mau berbagi kisah saya mengerjakan skripsi dari mulai cari judul sampai sidang akhir. Semoga bermanfaat ^^

- Topik Skripsi -

Di akhir semester 7, terus terang saya galau. Saya sudah punya bahan skripsi, yakni data penjualan. Mau saya apakan pun sudah terpikir. Tapi, gak sesuai dengan Lab yang saya mau.

Jadi di jurusan saya ada 3 lab, pertama PPSI, lupa kepanjangannya. Pokoknya tentang pengembangan SI lah, terus poin penilaiannya dititikberatkan pada dokumentasi ala ala SI banget. Pusing saya kalo masuk Lab ini. Hehe. Buku skripsi bakal tebel banget, tiap bimbingan kudu diprint? alamak bangkrut lah. Gak cocok banget buat saya lah pokoknya.

Lab kedua, DSS alias Decicion Support System, semua tentang analisis, teoritis, algoritmatis, uda kayak anak Science lah haha. Saya sedikit cocok, tapi saya gak suka hal-hal yang terlalu teoritis. Mati saya kalau dipertanyakan dari mana sumber2 teori yang saya dapat. Hahaha

Yang ketiga, E-Business. Disini tentang implementasi. Saya tertarik dengan lab ini, karena tidak banyak teori, yang penting implementatif, aplikatif, dan berbobot. Saya pengeeen banget masuk lab ini. Karena saya lebih tertantang untuk mengembangkan jiwa koding saya dibanding teoritis, analitis, deskriptif. Haha

Jadi, topik skripsi saya lebih cocok di Lab DSS. Saya punya data, dan saya analisa dengan algoritma tertentu. Tapi saya galau, saya gak mau tenggelam dalam pencarian teori2 yang kuat yang mendukung kemasuk-akalan topik ini. Analisanya kudu mendalam. T.T

Alhasil, saya kudu cepet2 nemuin dosen buat konsultasi.

- Nyari Dosen Pembimbing -

Sebelum liburan semester 7, saya memberanikan diri untuk menemui satu dosen yang berhubungan dengan topik yang saya punya. Beliau mendengarkan dengan sabar, dan mengatakan itu memungkinkan untuk menjadi topik TA.

Liburan semester 7, bisa cukup tenang dengan dimungkinkannya topik saya oleh seorang dosen. Tujuan pulang kampung pun jelas, salah satunya mengopy data penjualan yang akan saya pakai untuk bahan skripsi. Data itu dari toko keluarga sendiri sih. Hehe

Semester 8 tiba. Semester yang dikhususkan untuk skripsian bagi saya, karena sudah tidak ada mata kuliah lain yang perlu saya tempuh. Sudah tidak ada jadwal kuliah, hanya saya sendiri yang harus mengatur kapan harus ke kampus untuk bertemu dosen. Waw, suatu hal yang baru bagi saya, dan juga menantang. Haha

Minggu pertama semester 8, saya langsung ke dosen yang dulu bilang topik saya bisa dijadikan bahan skripsi. Datanglah saya ke ruangan ibu dosen. Kesimpulannya topik saya bisa dikembangkan, ditambahkan bobotnya karena terlalu sederhana. Di samping itu, utamanya saya belum dapat dosen pembimbing 1. Dosen yang sekarang masih dosen pembimbing 2. Dan Ibu dosen ini berada pada Lab DSS. Saya kan masih ragu untuk masuk Lab itu. T.T

Pembahasan dosen 1 dimulai, saya bilang ke Ibu dosen kalau saya tertarik dengan satu dosen yang sepertinya bisa dijadikan dospem 1. Dosen dengan mata kuliah yang sama dengan Ibu, tapi beda Lab, yaitu E-Business. Dosen ini dulu dosen pengganti ibu waktu ibu tidak bisa mengajar, dan menariknya, cara mengajarnya enak sekali dengan sesekali menyelipkan joke2 yang menghibur mahasiswa. Bapak Dosen yang baru pulang dari S3 di luar negeri, dosen senior, yang seharusnya bisa jadi pembimbing 1, dan yang terpenting dosen ini favorit saya. ^^

Ibu Dosen (selanjutnya disebut Ibu Dosen R)  setuju, dan menanyakan ke staff TU, apakah Pak Dosen itu bisa dijadikan dospem 1, yang notabene baru pulang dari S3, apalagi Pak Dosen ini (kemudian disebut Pak Dosen E) sudah memiliki NIDN. Sudah tentu bisa dijadikan dospem 1. Dengan harapan bisa cross Lab, hihi, saya bisa masuk ke Lab E-Business jika Pak Dosen E bisa jadi dospem 1 saya.

Nah karena saya bakal ke Lab E-Business, Bu Dosen R menyarankan saya untuk bisa meng-embed ide saya pada sebuah aplikasi alias ngoprek aplikasi. CALL!! I get it! Seakan semua berjalan sesuai keinginan. Hihihi

Sekarang tugas saya adalah menghubungi Pak Dosen E untuk menjadi dosen pembimbing 1 saya. Tak perlu tunggu apa-apa lagi, langsung saya email Pak Dosen E. Dan voila! Sekejap ada balasan dari Pak Dosen E. Yeayyy bukan main senangnya, Bapaknya baik banget, dengan senang hati menerima saya, dan minta saya untuk menemui beliau secepatnya. Yuhuuuuu...

Esok harinya saya langsung menemui Pak Dosen E, dan saya resmi jadi anak satu-satunya alias anak bimbingan tunggal dari Pak Dosen E. Soalnya gak ada yang tau sih kalau Pak Dosen E bisa jadi pembimbing 1. Hahaha


-----------------------

To be continued....

Data


posted by Redblack Ophie

No comments

Jaman sekarang yang paling mahal adalah apa? Sesuatu yang selalu dibutuhkan untuk membuka apapun. Yang katanya bebas pulsa, yang katanya free, yang katanya gratis, bisa diakses dimanapun dan kapanpun. Jawabannya adalah DATA.

Yang dibeli paket data, jadi ya bisa buka apa aja. Kalo paket data abis, atau lagi gak bisa konek, tiba2 hidup jadi sepi. Hahaha

Pertama kenal internet lewat HP ya jaman SMP. Duh kalo diinget-inget, harga data itu mahal banget. 25 ribu aja cuma dapet berapa MB. Dan itu sekali buka aja uda abis. Gila-gilaan deh dulu kalo mau internetan lewat HP. Jaman SMA juga gitu, mahal euy. Mungkin karena saya tinggal di daerah, yang dimana kekuatan sinyal dikuasai oleh satu operator. Kalo pake operator lain lemotnya minta ampun. Jadilah kira2 dalam sebulan pemakaian pulsa kira2 sekitar 300 ribuan per bulan. Hmmm.. mama, maafkan aku T.T

Jaman kuliah, saya mulai mengenal kekuatan sinyal operator lain karena saya kuliahnya di Jawa. Beeehh kalo dibandingkan dengan operator yang kemarin, hematnya bisa sampe 10 kali lipat kali ya. Dulu saya pernah pake operator yang menawarkan harga 35 ribu untuk akses data unlimited dalam sebulan. Secara kecepatan juga gak kalah dibanding yang kemaren. Jadilah saya mulai hemat dalam pengeluaran pulsa. Harga paket data semakin naik, tapi paling mentok 60 ribu lah untuk operator ini. Ditambah dengan banyaknya wifi gratis di Jawa. So much saving my money.

Lulus kuliah, pindah ke Jakarta. Kerja disana. Lebih banyak lagi pilihan operatornya. Saya punya satu HP utama yang berisi nomer HP saya yang tidak berubah sejak dulu. Karena kalau dunia kerja, kita butuh pulsa buat telpon jadi gak bisa ubah2 nomer lagi. Yang artinya, saya butuh HP lain khusus untuk bersosial media. Jiah. Nambah 1 lagi deh, seakan DATA menjadi kebutuhan primer kita. Ya sudah begitulah berjalan. Jadi untuk nomer utama tiap bulan 50rb, dan untuk paket data tiap bulan 50ribuan juga. Saya bisa hemat paket data karena di kost-an saya ada wifinya.

Jadi naiklah budget itu menjadi 100 ribu per bulan untuk pulsa. Dengan catatan bisa digunakan untuk telpon/sms dan data.

Nah sekitar 5 tahunan tinggal di Jawa + Jakarta, saya terbiasa dengan dana yang hemat untuk membeli paket data. Sepulang kembali ke tanah kelahiran, operator yang biasa saya pakai untuk internetan tu lemotnya gak ketulungan. Mengingat dunia maya sudah seperti dunia nyata yang seperti kita tidak bisa hidup tanpanya (APASIH!), jadi saya stres sendiri. Hanya satu operator yang bisa diandalkan disini, ya itu, yang dulu. Tapi harganya cuyyy, MAHAL.

Selama 3 bulanan, saya cukup sabar dengan kondisi internet saya yang lemot. Saya belum move on ke nomer HP saya yang lama untuk dipakai buat internetan juga. Dia hanya saya gunakan untuk telpon/sms, dan nomer tetap yang tidak pernah berubah.

Saya melihat adek saya yang internetnya lancar, tapi paket datanya itu harga 100rb, dan itu kuota bukan unlimited. Saya liat temen yang juga internetnya lancar, ya sama, pake paket data yang itu juga. Yah.. Mereka sudah terbiasa dengan tarif segitu. Nah saya? Paket inet lebih dari 50rb aja menurut saya mahal.

Akhirnya suatu hari temen saya kasih tau kalau dia pake kartu prabayar yang khusus buat DATA, yaitu 50rb per bulan + pajak 5rb. Langsung deh saya move on ke program prabayar itu, dan sampai sekarang masih saya pakai. Lebih mendingan dibanding operator sebelumnya. Haha

Alhamdulillah dalam sebulan cuma ngeluarin uang buat pulsa sebesar 50rb + 50rb + 5rb = 105rb. Hemat boook!

-------------------

Ini cuma tulisan iseng aja untuk ngisi waktu luang saya haha. Sekalian saya cerita kalau DATA itu sudah seperti kebutuhan primer dalam hidup saya. Pasti kamu juga kan? :D

Tentang Kredit


posted by Redblack Ophie

2 comments

Satu pembahasan yang sedikit berat tapi bakal dirasa sangat bermanfaat bagi saya dan teman-teman dekat saya di sebuah grup chat WA.

Secara tiba2 seorang teman menanyakan tentang kewajaran praktek bunga-bungaan pada sebuah transaksi kredit. Maksud dia wajar karena penurunan angka rupiah dari tahun ke tahun. Maksudnya ketika kita meminjam uang 5 jt tahun ini, tidak akan sama dengan nilai 5 jt tahun mendatang. Jadi apakah itu wajar dengan adanya rate untuk mengadilkan nilai uang yang telah dipinjam?

Sebagai manusia, hendaknya kita tidak boleh berprasangka buruk tentang pemikiran teman. Mungkin dia bertanya karena benar-benar ingin tahu tentang kenapa praktik seperti ini diharamkan dalam agama Islam. Dalam agama saya, hal seperti ini disebut praktek riba. Dan itu sangat amat diharamkan.

Sontak saya mencoba membalas pertanyaan teman saya disana. Saya bukan manusia yang tahu segalanya, namun semoga pemahaman saya benar dan jika salah mohon diperbaiki.

Mengenai adil-tidaknya nilai uang, jika dibayar dengan bentuk mata uang, sudah jelas tidak adil. Jangankan untuk 5 tahun mendatang, nilai uang hari ini dan besok saja sudah berbeda. Maka dari itu, kalau mau ADIL, metode yang diajarkan dalam agama islam adalah, peminjaman berbentuk emas. Jika meminjam 5 gram emas, ya sudah nanti kembalikan dengan 5 gram emas. Impas! Karena berat gram emas akan tetap sama hingga tahun2 mendatang. Mau harga emas turun kek, naik kek, yang jelas 1 gram ya tetap 1 gram. Gimana? Adil?

----------------------------------

Lalu ada hal yang mengganjal di hati dan pikiran saya dalam sebulan terakhir, melihat nilai tukar rupiah yang turun naik setiap harinya, dan juga pernah diceritakan oleh seorang teman, kalau ada orang yang kerjanya nuker2in mata uang. Misal, waktu dollar turun, uang ditukar ke dollar, waktu dollar naik, uang ditukar ke rupiah. Dengan begitu jumlah uang akan terus meningkat. Dan saya, dengan lugunya hampir kepikiran untuk melakukan praktek ini. Dan bertanyalah saya di grup tadi, apakah praktek ini haram?

Dan satu teman saya menjawab dengan tegas bahwa itu HARAM. Karena komoditi yang diperjual-belikan adalah uang. Astaghfirullah hal adzim.. Hampir saja saya ikut mencoba praktek itu. Membungakan pinjaman untuk memperoleh keuntungan itu haram hukumnya. Sama dengan praktek ini, memainkan uang untuk mendapatkan keuntungan sangat DIHARAMKAN. Alhamdulillah dapat ilmu lagi dari temen-temen di grup ini. Super!!

---------------------------------

Ada sebuah pertanyaan lagi yang kontroversial.
Jadi teman saya pernah dikasih tau sama seseorang, kalau kredit itu mempermudah bagi yang kesulitan ingin memiliki rumah. Karena islam mengajarkan adil dan tidak mempersulit. Anggap saja bunganya untuk balas jasa.

Temen yang lain menjawab, yep, kredit itu boleh, asal tidak menganut asas riba. Gunakanlah cara kredit yang dianjurkan dalam islam. Perbedaan proses  peminjaman di bank konvensional dan di bank syariah itu terdapat perbedaan. Kalau di bank konvensional, pasti pakai bunga2. Sedangkan kalau bank yang menganut paham syariah, adanya akad di awal mengenai jumlah pinjaman yang akan dibayarkan nantinya. Misal, harga rumah 100 jt, dibeli oleh bank syariah dan dijual lagi kepada peminjam dengan harga 110 jt. Jadi bank syariah mendapatkan keuntungan 10 jt dari hasil penjualan rumah tersebut. Nah angka 110 jt inilah yang akan dicicil oleh peminjam tanpa ada biaya tambahan lainnya. Yang kayak gini kan komoditinya bukan uang, tapi barang, yaitu rumahnya.

Waw!! satu ilmu lagi saya dapatkan.

-------------------------------------

Satu malam yang sangat berfaedah di grup ini. Pembahasannya bener-bener menambah ilmu bagi yang belum tahu. ^^

Oiya, di pegadaian ada tabungan emas lho. Jadi pengen nyoba nih.
Jadi, isi tabungannya bukan dalam bentuk uang rupiah, tapi dalam bentuk gram emas. Nah, kalau begitu kan nilai tabungan kita tidak dipengaruhi oleh waktu. Tetep aja sekian gram.

Sekian dulu ya readers..
Wassalam.